Drs. Ahud Misbahuddin, MH / Hakim Tinggi PTA Pekanbaru saat menyampaikan tausiyah
Pekanbaru || www.pta-pekanbaru.go.id
Setelah jamaah mushalla Al-Mahkamah Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Pekanbaru melaksanakan sholat ashar bersama, seperti biasanya setiap hari senin ba’da ashar jamaah mushalla PTA Pekanbaru menggelar acara Kultum (Kuliah Tujuh Menit). Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh ketua pengurus mushalla Al-Mahkamah PTA Pekanbaru selaku pembawa acara pada saat ini yaitu Kamaruzzaman, SH/ Panitera Pengganti dan penceramah adalah Drs. Ahud Misbahuddin, MH/Hakim Tinggi PTA Pekanbaru (04/05/2015).
Dalam tausiyahnya ia menyampaikan :
"Dalam al Qur’an surat 80 (‘Abasa) ayat 24 Allah SWT berfirman:
“ Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.
Allah sudah memudahkan bagi manusia untuk menyantap makan yang tersedia dimuka bumi baik yang masih berbentuk bahan bakunya maupun yang berupa sudah siap untuk dikonsumsi oleh manusia.
Dalam Tafsir al Azhar, Buya Hamka memberikan uraian tentang tafsir surat ‘Abasa sebagai berikut:
“Pada ayat 18 sampai ayat 22 surat ‘Abasa, manusia diberi ingat bahwa mereka dijadikan dari air nuthfah, lalu ditakdir dan dijangkakan, ditentukan takaran hidup, sesudah itu mati. Dan jika datang masanya, jika Tuhan menghendaki, mereka pun dibangkitkan kembali daripada alam kubur itu. Hal itu telah mereka dengar beritanya; sekarang manusia disuruh melihat dan
menyaksikan sendiri bagaimana pertalian hidupnya dengan bumi tempat dia berdiam ini; "Maka cobalah memandang manusia kepada makanannya." Perhatikanlah dari mana datangnya makanan itu dan bagaimana tingkat-tingkat pertumbuhannya sehingga makanan itu telah ada saja dalam piring terhidang di hadapannya. Asal mulanya ialah: "Sesungguhnya telah Kami curahkan air securahcurahnya."(ayat 25).
Asal mulanya ialah bahwa bumi itu kering, maka turunlah hujan. Hujan lebat sekali yang turun laksana dicurahkan dari langit. Maka bumi yang laksana telah mati itu hiduplah kembali. "Kemudian Kami lunakkan bumi seluluk-luluknya.' (ayat 26). Bumi yang tadinya kering dan keras sehingga tidak ada yang dapat tumbuh, dengan turunnya hujan maka Iunaklah tanah tadi, menjadi luluk, menjadi lumpur. Di atas tanah yang telah lunak jadi lumpur atau luluk itulah kelak sesuatu akan dapat ditanamkan; "Maka Kami tumbuhkan padanya benih-benih makanan." (ayat 27).
Pada negeri-negeri yang makanan pokoknya ialah padi, tafsir ayat ini sangat lekas dapat difahamkan. Memang sawah itu dilulukkan lebih dahulu baru dapat ditanami benih. Yaitu benih padi, benih gandum, benih kacang dan jagung; 'Dan anggur dan sayur-sayuran.' ayat 28).
Dengan mensejajarkan anggur sebagai buah-buahan yang dapat dimakan langsung dengan sayur-sayuran lain yang sangat diperlukan vitamin dan kalorinya bagi manusia, nampaklah bahwa keduanya itu sama pentingnya sebagai zat makanan. Pokok pangkal semuanya itu ialah dari air hujan yang dicurahkan Allah dengan lebatnya dari langit sampai tanah jadi luluk, membawa apa yang dinamai bunga tanah. Maka kalau kita simpulkan di antara kedua peringatan itu, pertama tentang asal usul kejadian manusia dari nuthfah sampai dapat hidup di atas permukaan bumi ini. Kedua setelah hidup di bumi jaminan untuk melanjutkan hidup itu pun selalu tersedia selama langit masih terkembang dan lautan masih berombak bergelombang, dan air laut itu akan menguap ke udara menjadi awan, menjadi mega dan mengumpul hujan, lalu hujan, selama itu pula jaminan Allah masih ada atas kehidupan ini.
Setelah demikian halnya mengapalah manusia akan lupa juga kepada Tuhannya? Mengapa juga manusia akan lupa dari mana dia, siapa menjamin hidupnya di sini dan ke mana dia akan pergi?
Barangkali hanya sebagian kecil ada orang yang merenungi dan memikirkan tentang tumbuh dan berkembangnya makanan yang bisa dikonsumsi baik yang dihasilkan oleh tanaman maupun hewan, ikan dan lainnya, yang dihubungkan dengan sifat Allah yang Maha Pemurah dan Maha Kuasa-Nya, karena pada umumnya apabila ada makanan yang tersedia manusia hanya bisa menikmatinya dan melupakan perenungannya seperti uraian diatas. Atau bagi kita paling tidak hanya mengucapkan dzikir pada waktu menghadapi hidangan makanan, waktu akan memulai makan dan pada waktu selesai makan, dzikir yang dimaksud adalah:
1. Allahumma bariklana fima rozaqtana wa qina ‘adzabannar.
2. Bismillahirrahmanirrahim’
3. Bismillahi awwalahu wa ahirohu
4. Alhamdulillahi ath’amana wa saqona wa ja’alana muslimien.
itupun diucapkan sewaktu makan makanan yang berat (nasi dan lauk pauknya), tapi apabila yang dimakan itu berupa makanan ringan mencukupkan diri dengan mengucap basmalah saja.
Selain diperintahkan untuk memperhatikan, memikirkan dan merenungkan kekuasaan dan pemurah-Nya Allah SWT terhadap semua manusia yang beriman maupun yang tidak beriman kepada Nya dalam memberikan makanan, juga Allah SWT memerintahkan untuk memakan makanan yang halal dan baik, sebagaimana firman-Nya dalam al Qur’an antara lain dalam surat al Baqarah ayat 168:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
Dalam syari’at Islam makanan yang haram dapat digolongkan kepada:
1. Haram karena dzatnyabenda tersebut memang diharamkan untuk dimakannya, seperti: bangkai, darah yang mengalir, daging babi, yang disembelih atas nama selain Allah, yang mati (bukan disembelih) karena tercekik, karena dipukul, karena jatuh, karena ditanduk dan yang diterkam binatang buas dan yang disembelih untuk berhala.
(al Qur’an surat al Maidah:3, al An’am:145, an Nahl:115).
2. Haram bukan karena dzatnya/sebab hukum yang mempengaruhinya, seperti: makanan hasil curian walaupun asal hukum dzatnya halal dimakan tapi karena hasil curian hukumnya menjadi haram, uang untuk membelinya dari hasil perbuatan yang haram seperti uang hasil judi, maka makanan yang dibeli dari hasil judi tersebut menjadi haram hukumnnya, uangnya diperoleh dari menjual barang yang haram seperti uang hasil menjual daging babi dibelikan kepada makanan yang memang dzatnya halal maka hukumnya menjadi haram.
Kesimpulannya, dengan memperhatikan perkembangan tumbuh dan berkembangnya tanaman dan hewan yang dapat dikonsumsi manusia dan menjaga larangan-larangan Allah SWT untuk memakan beberapa macam makanan, dapat memperkokoh aqidah dan mayakini kekuasaan Allah SWT dan pemuran-Nya Allah SWT" .
Jamaah Mushalla Al-Mahkamah PTA Pekanbaru sedang mendengarkan tausiyah dari penceramah
Demikin tausiyah singkat yang saya sampaikan ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua ",ujar penceramah dipenghujung tausiyahnya. Tanpa terasa penyampaian tausiyah dari penceramah berakhir pada pukul 16.30 wib betepatan pada saat jam pulang pegawai PTA Pekanbaru.
(Tim Redaksi PTA Pekanbaru)